
Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) dan Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (NU) Kota Blitar siap mendukung suksesnya Pemilu 2024 dalam bingkai perdamaian dan kerukunan. Pernyataan ini disampaikan saat kunjungan PDM Kota Blitar ke kantor PCNU Kota Blitar, Sabtu (9/12/2023).
Dalam sambutan penerimaan, Ketua Tanfidziyah PCNU Kota Blitar, Habib Bawafi menyinggung terkait adanya perbedaan antara Muhammadiyah dan NU dalam praktik keberagamaan–yang apabila disalahpahami–seolah menjadi nota perpecahan.
Sebagai negasi atas problematikan tersebut, Habib Bawafi menilai, bahwa perbedaan antara Muhammadiyah dan NU itu sudah menjadi sunatullah dan menyebut itu sebagai hal yang mengasyikkan.
“Saya katakan, seragam itu malah tidak asyik,” kata Habib Bawafi. “Yang asyik itu tatkala ketidakseragaman bisa kita kemas dengan baik dan terjalin kerukukan, di situ letak keasyikannya.
Ketua Tanfidziyah PCNU Kota Blitar itu kemudian turut menyinggung kontestasi Pemilu 2024 yang sudah di depan mata. Dia menegaskan, bahwa Muhammadiyah dan NU juga siap mendukung suksesnya Pemilu 2024 yang damai meski berbeda pilihan.
“Kami mendengar kabar, siapapun yang jadi presiden 2024 nanti, Muhammadiyah menyembelih kambing.” kata Habib Bawafi. “Nah kalau NU nyembelih apa? Saya kira NU nunggu undangan dari Muhammadiyah saja.” aula PCNU dipenuhi gelak tawa.
Menanggapi apa yang disampaikan oleh Ketua Habib Bawafi, Wakil Ketua PDM Kota Blitar Rusdi Riyanto memberikan ilustrasi perbedaan sepele dalam hal praktik ibadah–yang tidak substansial tetapi kerap menimbulkan masalah–salah satunya Qunut.
“Muhammadiyah melalui tarjih tidak qunut, tapi NU dengan pengkajiannya memilih qunut. Dan saya kira baik yang qunut maupun tidak, keduanya benar.” kata Rusdi Riyanto.
Dia juga menjelaskan, orang Muhammadiyah ketika bermakmum shalat kepada imam yang qunut sejatinya juga ikut qunut meski tidak mengangkat tangan. “Kalau tidak ikut qunut berarti shalatnya batal. Imam masih qunut, masa makmumnya mau sujud duluan.”
Lebih lanjut terkait Pemilu 2024, terutama Pilpres, Wakil Ketua PDM Kota Blitar juga menegaskan kesiapan warga Muhammadiyah dalam mewujudkan pemilu yang damai. Rusdi Riyanto kemudian menutupnya dengan parikan (pantun).
Tuku duren neng Wonokromo
Mampir Blauran tuku celono
Mileh presiden kenek bedo
Paseduluran tetep dijogo.
—
Liputan: Rozak Al-Maftuhin
Editor: Majelis Pustaka dan Informasi