
Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Blitar menggelar workshop dalam rangka percepatan dan pengembangan pondok pesantren Al-Maun Kota Blitar. Workshop yang menghadirkan Fahri S.Ag, MM sebagai pemateri sekaligus pendamping (Mudhir Pondok Entrepeneur Muhammadiyah, Gondanglegi, Kabupaten Malang) ini dilangsungkan di Aula PDM Kota Blitar, Ahad (26/22/2023).
Hadir sebagai audience, PDM Kota Blitar mengundang LPPM, Majelis Dikdasmen, MPKS, dan unsur-unsur yang memiliki keterlibatan terhadap pendidikan dan pesantren.
Acara dibuka langsung oleh Lukiarto SKM, Ketua PDM Kota Blitar. Dalam sambutannya, Lukiarto memberikan penjelasan tentang letak atau tinjauan geografis AUM Pendidikan di Kota Blitar.
“Kota Blitar hanya memiliki 3 kecamatan (cabang), sedangkan untuk ranting kita memiliki 21 ranting. Alhasil mencari kader bukan perkara mudah. Maka percepatan pengembangan AUM terutama pendidikan harus dimaksimalkan.” terang Lukiarto.
Pria yang akrab disapa Pak Luluk itu berharap, Fahri S.Ag, MM dengan pengalaman membesarkan AUM Pendidikan di Malang berkenan memainkan peran sebagai Deddy Corbuzier.
“Jika Deddy bisa sulap magic, kami harap Pak Fahri bisa menyulap AUM Pendidikan dan Pesantren kota blitar menjadi lebih maju.” imbuhnya.
5 Strategi Fahri S.Ag, MM Memajukan Lembaga Pendidikan dan Pesantren
Jangan Sampai Kehadiran Muhammadiyah Meresahkan
Dalam pemaparannya, Fahri memberikan studi kasus lingkungan. Dia menjelaskan, di Kota Malang ada kawasan elit namanya “Ijen”, rumahnya bagus, lingkungan bersih, bangunan-bangunan tertata rapi.
Dia meneruskan, jika ada satu rumah kumuh saja di Ijen, maka rumah itu akan meresahkan lingkunan Ijen. Ditarik ke Kota Blitar, Fahri menjelaskan bahwa PDM Kota Blitar sudah beruntung karena memiliki aset di tempat-tempat strategis seperti JL Ir Soekarno.
“Maka jangan sampai kehadiran Muhammadiyah di kompleks elit justru menjadikan lingkungan itu kumuh. Di sana akan ada hotel bintang 5, bangunan-bangunan elit, maka Muhammadiyah harus mengimbangi lingkungan itu dengan renovasi gedung-gedung yang bagus pula.
Pendahulu Muhammadiyah di Blitar sudah sangat baik memberikan warisan-warisan tanah dan bangunan di kawasan strategis. Maka tugas penerusnya yang harus mengembangkan itu semua. “Jika tidak, justru itu akan menurunkan martabat Muhammadiyah.” tegasnya.
Buat Labeling Keren dan Berikan Kualitas Unggul
Berikutnya, Fahri juga menyoroti Panti Asuhan Al-Maun yang satu kompleks dengan SMP Muhammadiyah 2 Kota Blitar. Menurutnya, istilah “Panti” harus didekonstruksi, di mana istilah itu sudah melekat pada kondisi tempat tinggal yang tidak begitu baik.
“Coba nama Panti Asuhan itu diganti menjadi Hotel Anak Yatim, bangunannya dibuat megah, layanannya istimewa. Akhirnya mindset anak yatim yang kumuh, jelek, tertinggal, itu bisa kita hilangkan dan kita angkat derajatnya.” Kata Fahri.
Poin ini sekali lagi menegaskan betapa pentingnya inovasi di dunia pendidikan, baik sekolah maupun pesantren. “Tanpa inovasi, sampai kapanpun kita akan berjalan di tempat bahkan hilang.”
Tiada Hari Tanpa Berita
Lebih lanjut, Fahri juga menyingung tentang pemanfaatan media informasi digital. Dia menuturkan, sekolah atau pesantren jangan malas mempublikasi berita. “
“Setiap ada kegiatan buatkan berita, publikasikan ke media, maka seluruh Indonesia akan membaca. Penuhi media-media berita dan sosial media. Itu akan membuat eksistensi sekolah akan terangkat dan dikenal banyak orang.” tuturnya.
Menurutnya, di era digital seperti sekarang ini, baik orang tua maupun siswa semua mencari informasi melalui smartphone. “Maka kalau sekolah kita tidak tercantum di sana, ya wassalam.”
Naikkan Sekala Persaingan Anti Jargon Murah dan Gratis
Sekolah dan pesantren yang menyasar kelas menengah ke bawah dengan embel-embel biaya murah bahkan gratis, maka persaingan antar lembaga menjadi banyak sekali.
Maka Fahri memberikan penegasan, naikkan grade dan sasaran menjadi menengah ke atas, maka persaingan akan sedikit. “Tapi konsekwensinya adalah sekolah harus benar-benar menawarkan keunggulan dan kualitas yang mumpuni untuk menengah ke atas.” pungkasnya.
Muhammadiyah itu swasta, kalau lembaga pendidikannya kualitasnya di bawah rata-rata, ya mending milih sekolah negeri. Maka sudah menjadi rumus baku, sekolah dan pesantren Muhammadiyah harus menjual kualitas yang unggul, sehingga orang tua murid tidak segan mengeluarkan biaya banyak untuk bayar sekolah karena sebanding dengan kualitas yang didapatkan anak.
Petakan Siswa dan Lakukan Branding
Poin berikutnya yang harus diupayakan agar sekolah dan pesantren maju ialah branding dan marketing. Dalam konteks peranan siswa, branding sejatinya upaya mengangkat nama lembaga secara menyeluruh melalui satu upaya kecil.
“Pilih 2 siswa saja, yang bacaan al-Qurannya bagus. Tugaskan mereka mengisi imam dan kultum di masjid-masjid saat tarawih Ramadhan. Maka 2 siswa itu akan mengangkat sekolah. Mereka akan menjadi representasi seluruh siswa dengan kualitas yang sama.” terang Fahri.
Pola ini akan menarik perhatian calon wali siswa. Feedback terbaik dari keberhasilan branding ini akan ada anggapan, jika ingin anaknya pintar ngaji dan mahir ceramah maka harus sekolah di sekolah kita. “Apa sebab? Tentu saja disebabkan 2 siswa tadi.” imbuhnya.
Dalam rumus yang lebih umum, lembaga bisa memetakan kemampuan dan bakat siswa. Petakan mana yang ditarget bisa ngaji dan ngisi ceramah, mana yang jago olahraga, mana yang jago matematika, enterpreneur, pencak silat, dan lainnya. Masing-masing bisa dibranding sesuai kapasitasnya.
Selain 5 strategi di atas, lebih lanjut Fahri mengajak peserta workshop untuk melakukan analisa langsung serta memperdalamnya dengan melakukan dialog. Dan sebagai tindak lanjut dari acara ini, Mudhir PEM ini akan menjadi mentor (pengembang), yang akan akan mendampingi langsung upaya mempercepat pengembangan pendidikan dan pesantren Muhammadiyah di Kota Blitar.
—
Liputan: Rozak Al-Maftuhin
Editor: Majelis Pustaka dan Informasi