
Tulisan ini menjawab postingan dalam WA Grup ini “KENAPA HARUS TIDAK MEMILIH,” semata karena alasan primordialisme yang memandang bahwa ketiga Paslon tidak memiliki keyakinan dan paham keagamaan seperti yang dikehendaki oleh calon pemilih. Namun, sebagian warga Persyarikatan berketetapan hati untuk menyatakan KENAPA HARUS MEMILIH.
Dasar alasan yang dibangun karena ketiga paslon ini semuanya memiliki kelebihan, yang menjadi daya tarik tersendiri. Tulisan ini diambil dari sekitar duapuluh dua WA Grup yang aktif menerima dan merespon postingan yang masuk. WA Grup yang pasif hanya menerima postingan dan WA Pribadi tidak masuk menjadi sumber tulisan. WA Grup ini memiliki afiliasi yang beragam: agama, etnis, politik, budaya, sosial ekonomi, dan bahkan kelompok pendukung masing-2 paslon.
Kenapa memilih Paslon satu? Program jelas dalam menata Indonesia ke depan, terutama di bidang hukum, ekonomi, politik dan tata pemerintahan. Memiliki integritas diri yang sangat kuat. Nilai ini sebagian telah dibuktikan dalam memimpin DKI Jakarta pada saat yang bersangkutan menjabat Gubernur. Ini sama dengan jargon yang sering diucapkan tokoh Persyarikatan “bertemunya antara ucapan dan tindakan.”
Dalam pemaparan dan tanya jawab tentang peta jalan (road map) ekonomi di hadapan para pelaku usaha Apindo dan ekonom, capres nomor urut satu sangat menguasai. Dukungan komunitas pedagang Pasar Glodok sangat positif terhadap Paslon nomor satu. Pelaku usaha Pasar Glodok sesungguhnya merupakan miniatur komunitas bisnis kelas menengah yang berhubung erat dengan bisnis kakap di Indonesia.
Artinya apa, tidak semua komunitas bisnis kakap yang selama ini dikaitkan dengan pasangan tertentu, mulai dipertanyakan. Bagi mereka ini menaruh telur dalam keranjang yang berbeda sudah menjadi tradisi kekuatan untuk mengembangkan bisnis mereka. Selain semua yang disebutkan di atas, kelebihan Paslon satu ini adalah piawai berkomunikasi di level global maupun lokal.
Kenapa memilih Paslon dua? Kelebihan Paslon dua ini adalah dukungan rejim yang all out. Mereka ini merasa memiliki cabang kekuasaan di mana-mana: KPU, Bawaslu, MK, ASN, TNI, polisi dan Oligarki. Sehingga optimisme kemenangan ada di tangan. Tidak seperti Cappres nomor satu, capres cawapres nomor dua ini lebih menganut filsafat “sedikit bicara banyak aksi.” Aksi membagi “un-syaiun” di lapangan menjadi pemandangan rutin yang sering terlihat. Sasaran pembagian ini dinilai tepat oleh sebagian kalangan. Karena itu, bagi mereka program tidak penting dinarasikan dalam kemampuan oral, tetapi melalui aksi pemberian kebutuhan masyarakat.
Meskipun dalam sistem demokrasi tindakan ini dikategorikan “money politics.” Tetapi, oleh sebagian kalangan disebut “sadaqah politik.” Apalagi, termasuk ulama tertentu Muhammadiyah membolehkannya. Bahkan, menurut penelitian LHKP Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur, 41 % warga Persyarikatan di daerah tertentu tidak keberatan menerima “sadaqah politik.” Kelebihan lain yang sekaligus menjadi kekuatan utama Paslon kedua adalah “keharusan” memenangkan perebutan kekuasaan ini, “dengan cara apapun.” Kesimpulan ini memahami ungkapan beberapa tokoh nasional bahwa Pilpres “tidak boleh lagi dicurangi.”
Maknanya adalah bahwa pilpres dan pemilu sebelumnya terlaksana atas dasar kecurangan. Apa karena hal ini ungkapan sarkastik muncul dari seorang pembicara di Luar (Singapura) yang membandingkan hasil Pemilu di Indonesia sudah diketahui sebelum event nasional itu dilaksanakan. Apakah semua alasan di atas ini ada hubungannya dengan ramalan Gus Dur yang menyebutkan bahwa Prabowo akan menjadi Presiden di Era akhir (usianya?).
Kenapa memilih Paslon tiga? Karena didukung oleh Partai Besar. Hubungan antara Partai dan pendukung seperti patron-klien. Hubungan saling menguntungkan. Partai yang memiliki kelebihan dan status ideologis yang lebih tinggi yang bisa melindungi dan memberi keuntungan bagi anggota dan pendukung Partai yang lebih rendah.
Partai merupakan kekuatan, pengaruh, simbol yang bisa melindungi diri pendukung. Perlindungan yang diberikan kepada para anggota dan pendukung Partai sudah merupakan sine qua non, karena dukungan yang diberikan kepada Partai. Solidaritas mekanik terbentuk sangat kuat pada para pendukung Partai. Jika pada Paslon satu pertimbangan rasional sebagai faktor utama, Paslon kedua karena pertimbangan kebutuhan sesaat, Paslon tiga karena solidaritas mekanik yang terbina selama ini.
Kekuatan lain dari Paslon tiga adalah kemampuan komunikasi capres kepada masyarakat pendukung; memiliki karakter sama dengan Presiden Joko Widodo. Kesamaan ini sangat menguntungkan Paslon tiga. Keuntungan ini diperoleh dari persepsi sebagian besar masyarakat pemilih di Indonesia, yang masih menghargai simbol-simbol kesederhanaan dan kedekatan dengan masyarakat kecil. Meskipun, seringkali simbol tetap menjadi suatu yang irrealis.
Kelebihan lain adalah bahwa Paslon tiga tidak terjebak dalam “aksi-reaksi” yang tajam antara ketiga Paslon. Posisi ini penting karena bisa menumbuhkan kesan positif bagi calon pemilih yang menyukai “kepasifan” dari pada terlibat dalam “pertengkaran.”
Jika sumber WA Grup yang menjadi rujukan tulisan ini benar, maka kelebihan ketiga Paslon menjadi daya tarik sendiri untuk dipilihnya. Karena semua Paslon memiliki kelebihan maka tidak ada salahnya memilih ketiganya. Jika ini yang dilakukan, maka sama saja dengan HARUS TIDAK MEMILIH. Karena ketiga-tiganya dipilih oleh setiap orang calon pemilih. Oleh karena itu, dalam tulisan berikutnya penting disampaikan SIAPA YANG HARUS DIPILIH.
Bersambung….
—
Penulis: Prof. Achmad Jainuri