Dua Periode Kepemimpinan: Batasan atau Ruang Regenerasi di Muhammadiyah?

Dua Periode Kepemimpinan

Salah satu senior saya di Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) pernah berkata, “Sehebat dan seberhasil apa pun kami menjadi ketua di Muhammadiyah, kamu hanya dibatasi waktu memimpin selama dua periode.”

Saya memahami betul, istilah “ketua” di sini tidak hanya berhenti pada jabatan ketua di Muhammadiyah atau ortom di setiap tingkatan, tetapi juga mencakup kepemimpinan di Amal Usaha Muhammadiyah (AUM), seperti kepala sekolah, direktur rumah sakit, dan sebagainya.

Dulu saya mengira kebijakan ini kurang bijaksana jika dilihat dari segi karya dan pencapaian. Namun, ketika ditinjau dari sudut pandang perkaderan, kebijakan ini justru sangat masuk akal.

Sebagaimana kita ketahui bersama, Muhammadiyah adalah organisasi yang berorientasi pada perkaderan. Sistem perkaderannya terarah dan berkesinambungan, dengan tujuan mencetak kader yang berintegritas dan kompeten untuk melanjutkan cita-cita gerakan Muhammadiyah.

Baca Juga :  Tanyakan Pada Salafi, Apakah Menyanyikan Lagu Indoenesia Raya Juga Haram?

Inilah yang membedakan Muhammadiyah dengan dunia politik. Dalam politik, siapa yang paling lama menduduki kursi jabatan dianggap sebagai pemenang. Selama menjabat, ia akan berusaha meningkatkan elektabilitas dan popularitas demi melanggengkan kekuasaan.

Tetapi tidak demikian di Muhammadiyah. Seorang pimpinan (ketua/kepala/direktur) yang diberi amanah tidak hanya dituntut untuk berkarya bagi organisasi, tetapi juga mengkader dan menyiapkan generasi penerus agar kelak mampu melanjutkan visi dan misi persyarikatan.

Dengan pola ini, konsekuensinya jelas: mereka yang terlalu betah berlama-lama menjadi pucuk pimpinan di Muhammadiyah, ortom, maupun AUM, sejatinya gagal menjalankan misi perkaderan. Ada nilai penting yang terlupakan, yaitu pendidikan berkelanjutan bagi kader. Untuk itulah mereka hanya dibatasi dua periode kemepimpinan.

Baca Juga :  Baitul Arqam di Hotel, Terlalu Mewah?

Meski begitu, saya yakin mereka yang telah lama berjuang di Muhammadiyah memahami prinsip ini dengan baik. Mereka biasanya legowo, bahkan dengan bahagia memberi kesempatan kepada generasi penerus untuk mengambil alih kepemimpinan, demi terwujudnya maksud dan tujuan Muhammadiyah.

Ditulis oleh Rozak Al-Maftuhin, S.Pd.I., M.Pd
Wakil Ketua Bidang Pendidikan dan Kaderisasi
Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah Kota Blitar

Bagikan ke:

Recommended For You

About the Author: Majelis Pustaka dan Informasi

Majelis Pustaka dan Informasi (MPI) merupakan Badan Pembantu Pimpinan yang membidangi informasi, publikasi, dan digitalisasi Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Blitar.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *